Wajah lugu, polos, dan periang itu telah lama tak terlihat akhir-akhir ini. Teman kecil sebayanya selalu berkumpul di ujung siang dekat pohon jambu batu depan halaman rumah neneknya. Satu persatu daun telah berguguran jatuh tertebak angin. Kamana Lala teh?, gumam Caca salah satu teman karibnya.
Pemilik wajah itu kini telah pergi ke kabupaten tetangga sebelah karena pindah kerjaan orang tuanya. Tak ada kabar jenaka tentangnya lagi pasca kepindahannya itu. Jambu buah favoritnya begitu merdeka bergelantungan dimana saja di dahan pohonnya. Maklum saja, itu bisa terjadi lantaran sang penggemar buah telah lama tak menyambanginya.
Permainan masak-masakkan merupakan permainan yang selalu asik di mainkan olehnya dan kawan-kawan. Tak jarang tanaman tetangga tak pernah utuh berdaun sempurna. Daun mamangkokan, bunga mawar, bunga melati, daun jambu pastilah memenuhi dalam daftar komposisi masak-masakannya. Oh ya, tanah dan sebotol air pun menyertai unsur hidangan bohong-bohongannya itu. Dedaunan biasanya mereka jadikan masakan kecuali daun jambu. Ya, daun jambu yang cukup lebar seukuran dengan uang kertas itu di jadikan alat tukar tak ubahnya uang yang mereka sebut -duit-. Tanah dan sebotol air biasanya mereka sulap menjadi seonggok "kue ulang tahun" yang begitu sepesial versi mereka. Lagi-lagi dunia anak mereka begitu menyenangkan hari-harinya di penuhi dengan bermain. Cerdas bukan?