Thursday, February 21, 2013

Jalan Cahaya

Jadwal kuliah, baru saja saya menerimanya. Lantas sekonyong-konyong beberapa kakak kelas dari pengurus lembaga ke-Islaman di kampus masuk ke dalam kelas dengan ucapan salam mereka yang khas, "Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh." selepas dosen wali selesai mengisi kelas. Mana penampilan mereka yang saya anggap saat itu sangat nggak modis. Cuaca siang bolong gini mereka dengan wajah adem-nya kuat banget mengenakan jaket-jaket tebal ala mahasiswa yang selalu aktif di organisasi, seperti yang lainnya.

Dengan wajah tanpa dosa mereka mengumumkan informasi terkait kegiatan wajib bagi mahasiswa baru yaitu -kami-, saya dan kawan se-isi kelas ini. Sebenarnya kami terasa terganggu dengan kehadiran mereka karena jam pulang kami tersendat beberapa puluh menit. Ya, puluhan menit. Pada intinya kami yang muslim diwajibkan mengikuti mentoring selama satu semseter. Dan ini yang membuat kami kompak mengernyitkan dahi kita, tak setuju. Walau beberapa dari kami menyambutnya dengan biasa saja atau ada yang begitu antusias.

Lihat saja bagaimana kami melakukan protes terutama barisan duduk yang paling mojok dan paling akhir. Kami sudah berdiri dan sedikit mengutarakan ketidak nyamanan kami, "uuuuuuuu!", "Heuhhhhhh!", "Woi, buruan jam balik nih!" kurang lebih begitulah kelakuan transisi kami dari kebiasaan seragam putih abu-abu, labil. Saya kebetulan duduk paling belakang bersama kawan-kawan yang besar ego anak mudanya. Saya hanya bisa duduk saja terdiam dan sedikit terperangah dengan situasi ini. Walau jujur hak kemerdekaan saya pun sebenarnya ter-rampas.

Monday, February 18, 2013

Ian Dan Buku Barunya



Telah ratusan kali jalan komplek Riung Bandung yang berkilo-kilo terlewati setiap kali pulang. Ini bukan karena tak ada jalur trayek angkot ke daerah ini atau  bukan pula karena daerah ini tak ada jasa ojek. Tapi ini karena situasi yang memaksa kaki ini mengharuskan melangkah lebih dari pada biasanya. Situasi yang kelam mencekam mendekati subuh, sudah bukan hal yang membuat langkah ini menjadi ragu. Ya, hal yang menjadi rutinitas saya, pulang malam. Kesibukkan di kampus membuat saya harus memilih menyelesaikan urusan disana dan barulah saya akhiri perjalanan hari di ujung jalan komplek yang  semua penghuni telah terpejam lelap.

Sesekali desir angin malam menerpa tubuh kurus ini. Seolah-olah menyapa untuk bersahabat dengan tulang-tulang kaki yang menapaki perjalanan malam ini. Kucing-kucing komplek disini tiba-tiba menjadi hewan nokturnal yang mengais rezeki bagi perutnya, tak hayal bila mereka sering terlihat berdiskusi di atas tong sampah depan rumah mewah sambil menikmati sajian sisa makanan mewah yang sudah tak bertuan. Mata mereka begitu menyala bila sesekali cahaya kendaraan melewatinya. Seekor tikus pun bukan menjadi sajian yang lezat lagi bagi mereka. Begitu aman sang tikus melangkah pasti didepan selusin predator yang telah terduduk nyaman dikursi singgasananya masing-masing. Lihat saja bundaran bucit perut mereka yang nampak tak gesit dan terlihat bermalas-malasan.

Monday, February 11, 2013

10.000 jam

Pernah dengar cerita juara-juara dunia? Saya ambil contoh seperti Pele legenda sepakbola asal Brasil itu. Atau seperti Jorge Lorenzo yang baru saja menjuarai ajang bergengsi turnamen balap moto GP tahun kemarin untuk kali ke dua. Ada sebuah kesamaan yang mereka lakukan dalam melalui proses pematangan bakatnya. Ya, ada kesamaan. Walau dalam waktu yang berbeda, keahlian yang berbeda, dan locus yang berbeda pula. 

Coba kita lihat apa yang membuat saya berkesimpulan mereka ini ada kesamaan bahkan juara-juara dunia lainnya. Kita mulai dari Edson Arantes do Nascimento, yang oleh dunia dikenal secara luas dengan nama "Pelé", dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1940 di sebuah desa kecil di Brazil yaitu Três Corações yang termasuk dalam wilayah negara bagian Minas Gerais. Pelé mengais uang pertama kali sebagai penyemir sepatu. Namun, cita-citanya sebagai pemain sepakbola tidak pernah sirna. Ia meniti karir di sepakbola semenjak usia dini. Semula ia bergabung di beberapa tim amatir seperti Baquinho dan Sete Setembro. 

Menginjak usia 11 tahun, yaitu ketika ia bergabung dengan tim Ameriquinha yang tidak ada pelatihnya, ia ditemukan oleh mantan pemain tim nasional Brazil untuk Piala Dunia yang bernama Waldemar de Brito. Ia menangkap bakat yang luar biasa dari Pelé dan memberikan tawaran untuk bergabung dengan tim yang diasuhnya, yaitu Clube Atlético Baurú?. Menginjak usia 15 pada tahun 1956, de Brito memboyong Pelé ke kota Sao Paulo dan dicoba bermain untuk klub profesional, Santos Futebol Clube (SFC). 

Hari itu, de Brito berkata kepada Direktur klub bahwa "anak ini kelak akan menjadi pemain sepakbola terbesar di dunia."dan benar sudah apa yang di katakan de Brito, Pele mempersembahkan Piala dunia kepada bangsanya sebanyak tiga berturut-turut. Ini bisa disebut sebagai World Class Skill.

Sunday, February 10, 2013

Enjoy....

Enjoy.....

Ya itu dia enjoy. Seorang teman pernah menceritakan tentang kata yang saya bold di atas. Sebut saja teman saya ini Aman. Sebenarnya ini lebih tepatnya kisah dimana ia dalam masa pencarian kebahagian. Aman ini seperti namanya selalu mengambil keputusan dengan aman. Soal sebuah rencana bisnisnya saja ia tak sanggup meninggalkan dunia pekerjanya (karyawan) yang sudah ia geluti kurang lebih sekitar empat tahun. Konsep yang ia bangun dari semenjak SMA dulu, belum sempat ter-realisasi secara totalitas selama ini. Memang untuk hal yang satu ini faktor keberanian mengambil resiko hal yang paling ditakuti oleh seorang pemula.

Dunia bisnis memang menarik baginya dan saya pun mengakuinya. "Business is so verry make somebody to interested" kira-kira kurang lebih begitu pandangan saya. Untuk cerita jatuh bangun dibisnis sudah merupakan sebuah suguhan yang lumrah kalau kata orang kebanyakan di luar sana. Ya lumrah, karena ini ibaratkan sebuah roda ban becak yang selalu berputar, yang artinya kadang di bawah dan di atas. 

Lantas kenapa banyak orang begitu ingin berbisnis? "Sebenarnya tak ada yang rugi dalam berbisnis, Sob. Mau kita dalam keadaan rugi itu sebenarnya masih ada keuntungan pengalaman yang kita dapatkan." tegas Aman dengan lugas. Sepertinya saya mulai tersihir dengan ucapannya itu. Sebenarnya hal itu yang mahal, pengalaman. Seperti perusahaan-perusahaan yang sempat hampir gulung tikar namun karena manajeman perusahaan itu bersikap tanggap permasalahan maka lambat laun kembali stabil. Justru itu seni yang bisa di bilang kelas wahid-nya.

Tuesday, February 5, 2013

Mengapa adu domba bisa terjadi?

Mengapa adu domba bisa terjadi?

Ini sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh saya, anda, dan kita semua, sebagai putra-putri bangsa ini. Kawan rupa-rupanya sejarah masih dapat berbicara hingga saat ini. Bangsa ini hanya bisa dilemahkan dengan cara ini, itu pendapat saya. Devide et impera (Belanda punya) atau Namimah dalam sebutan di Islam.

Kalau Bang Haji Rhoma bilang dalam syairnya; 
Bila ada orang suka memecah belah
Maka dia dikatakan pengadu domba
Adu domba adu domba mengadu domba
Domba dipertaruhkan
Adu domba adu domba mengadu domba
Domba dipertaruhkan
Demi keuntungan domba jadi korban(Diadu domba)
Demi kesenangan domba kesakitan(Diadu domba)
Adu domba adu domba mengadu domba
Sungguh suatu dosa
Adu domba adu domba mengadu domba
Perbuatan tercela