Jadwal kuliah, baru saja saya menerimanya. Lantas sekonyong-konyong beberapa kakak kelas dari pengurus lembaga ke-Islaman di kampus masuk ke dalam kelas dengan ucapan salam mereka yang khas, "Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh." selepas dosen wali selesai mengisi kelas. Mana penampilan mereka yang saya anggap saat itu sangat nggak modis. Cuaca siang bolong gini mereka dengan wajah adem-nya kuat banget mengenakan jaket-jaket tebal ala mahasiswa yang selalu aktif di organisasi, seperti yang lainnya.
Dengan wajah tanpa dosa mereka mengumumkan informasi terkait kegiatan wajib bagi mahasiswa baru yaitu -kami-, saya dan kawan se-isi kelas ini. Sebenarnya kami terasa terganggu dengan kehadiran mereka karena jam pulang kami tersendat beberapa puluh menit. Ya, puluhan menit. Pada intinya kami yang muslim diwajibkan mengikuti mentoring selama satu semseter. Dan ini yang membuat kami kompak mengernyitkan dahi kita, tak setuju. Walau beberapa dari kami menyambutnya dengan biasa saja atau ada yang begitu antusias.
Lihat saja bagaimana kami melakukan protes terutama barisan duduk yang paling mojok dan paling akhir. Kami sudah berdiri dan sedikit mengutarakan ketidak nyamanan kami, "uuuuuuuu!", "Heuhhhhhh!", "Woi, buruan jam balik nih!" kurang lebih begitulah kelakuan transisi kami dari kebiasaan seragam putih abu-abu, labil. Saya kebetulan duduk paling belakang bersama kawan-kawan yang besar ego anak mudanya. Saya hanya bisa duduk saja terdiam dan sedikit terperangah dengan situasi ini. Walau jujur hak kemerdekaan saya pun sebenarnya ter-rampas.
Dengan wajah tanpa dosa mereka mengumumkan informasi terkait kegiatan wajib bagi mahasiswa baru yaitu -kami-, saya dan kawan se-isi kelas ini. Sebenarnya kami terasa terganggu dengan kehadiran mereka karena jam pulang kami tersendat beberapa puluh menit. Ya, puluhan menit. Pada intinya kami yang muslim diwajibkan mengikuti mentoring selama satu semseter. Dan ini yang membuat kami kompak mengernyitkan dahi kita, tak setuju. Walau beberapa dari kami menyambutnya dengan biasa saja atau ada yang begitu antusias.
Lihat saja bagaimana kami melakukan protes terutama barisan duduk yang paling mojok dan paling akhir. Kami sudah berdiri dan sedikit mengutarakan ketidak nyamanan kami, "uuuuuuuu!", "Heuhhhhhh!", "Woi, buruan jam balik nih!" kurang lebih begitulah kelakuan transisi kami dari kebiasaan seragam putih abu-abu, labil. Saya kebetulan duduk paling belakang bersama kawan-kawan yang besar ego anak mudanya. Saya hanya bisa duduk saja terdiam dan sedikit terperangah dengan situasi ini. Walau jujur hak kemerdekaan saya pun sebenarnya ter-rampas.