Tuesday, January 29, 2013

Cita-Cita Kecil

Apa cita-cita kecilmu dulu?

Sepertinya pertanyaan ini pernah membuat kita tergelitik untuk membuka memory kecil kita dulu. Kalau saya pasti harus membenturkannya dengan menanyakan kepada anak-anak TK di depan Indekos saya. Nah, dengan begitu saya bisa menyelami dunia masa kecil saya dulu. 

Aneh memang, kawan. Tapi itu cara jitu saya dan mudah-mudahan dapat berefek kepada anda semua yang mau mencoba ide aneh ini. Entah mengapa harus seperti itu. Karena saya selalu memandang mereka begitu bersih dan polos. Pernah suatu ketika saya tanya ke keponakan saya,
 "Akhtar cita-citanya mau jadi apa?"
"Akhtar mau jadi Power Ranger Merah dan Dokter." tegasnya.
"Wah, dua yah cita-citanya?"
"Iya, dong Mang." jawabnya polos.
"Berarti jadi Dokter Power Ranger dong yah?"
"Iya dong." tegasnya sambil tersenyum dengan gigi susunya.

Thursday, January 24, 2013

"Trio Becak" sampai sekarang....

Sejenak melepas lelah di warung pinggiran dekat pohon tua besar di jalan Imam Bonjol, Bandung. "Ibu, saya pesan teh botol satu ya?" pesan saya sambil menahan dahaga yang meradang. Siang itu begitu menyengat, maka tak salah bila kemaja yang saya kenakan pantas disebut kain pel. Bukan karena kemeja itu sudah belel atau sudah banyak fentilasinya (sobek maksudnya disana-sini...) tapi kuyup sudah kemaja ini menyerap keringat saya. Maklumlah pancaroba.

"Ieu A teh botol na.." sahut ibu sambil menyodorkan pesanan saya dengan ramah. Saya pun tersenyum sambil sesekali melirik botol yang berisi teh itu. maklumlah ini bab-nya kehausan stadium 4 (empat). Saya posisikan duduk tubuh saya di bangku jongko sederhana yang telah tersedia di depan warung. Sembari menikmati suasana urban di sepanjang jalan ini. Sungguh begitu menyenangkan bagi saya sang perantau yang pulang dua pekan sekali ini. Aliran cairan keruh kecoklatan itu begitu menghibur kerongkongan saya yang sudah tandus.

Ketika kenikmatan saya tinggal setetes lagi di botol ini, tiba-tiba ada seorang bapak tua menghampiri warung dimana saya terduduk dalam posisi enak dengan memarkirkan kendaraannya berkarir. Sebuah becak terparkir dengan apik. Sang bapak pun tersenyum pada saya sebelum ia menyampaikan maksudnya ke Ibu penjaga warung. Sungguh kawan, becak ini mengingatkan saya akan sebuah kisah di SMA dulu dengan sosok beberapa kawan saya.

Entah bagaimana ini bisa terjadi perkenalan kami begitu cepat sekali. Kami tergabung karena sebuah organisasi. Ya, Organisasi. Organisasi yang saya maksud adalah OSIS di SMA dulu. Walau sebenarnya saya ini bukanlah dari anggota organisasi itu namun sempat menjadi calon kandidat ketua OSIS yang kalau dibilang saat ini "tidak masuk verifikasi atau kurang syarat.", jangan bilang kalau saya kurang ganteng, kurang tinggi, dan kurang pintar!!! Karena memang kurang semuanya. :)

Kami begitu akrab dalam kegiatan, di luar kegiatan, bahkan untuk soal di luar sekolah. Yang menarik bagi saya ada tiga orang kawan yang begitu nampak akrab. Urusan jalan pasti bertiga, di dalam kegiatan pasti bertiga walau sebenarnya mereka berbeda tugas kepanitiaan, pokoknya kemana-mana pasti bertiga. Bahkan pernah saya berpendapat secara pribadi bahwa mereka untuk urusan mempertimbangkan pasangan pun harus di diskusikan bertiga.

Kebiasaan mereka adalah ngerumpi bareng, ngecengin adik-adik kelas yang ganteng-ganteng, terkadang suka ketawa-ketawa bila membahas adik kelas yang baru saja mereka kecengin, melatih baris-berbaris, panas-panasan sambil terik-teriak bila ada kesalahan dari adik kelas, membuat banyolan-banyolan tingkat dewa, eksis foto-foto: di tengah lapangan, perpustakaan, ditangga perpustakaan, kelas, didepan papan tulis, di dekat tiang bendera, di ruangan OSIS. Mungkin yang belum dijadikan tempat pemotretan mereka adalah kantor guru dan gudang sekoah. Maklumlah remaja wanita yang mulai beranjak dewasa.

Namun tetap mereka memang biangnya keramaian di OSIS kita. 

Monday, January 21, 2013

Sekolah Menengah Atas-Ku

Matahari pagi di tahun 2002 masih terkenang begitu nyata dalam benak. Udara pagi yang mengisi rongga-rongga pernafasan begitu menyegarkan, bagi kami yang saat itu baru menginjak ke jenjang pendidikan berikutnya dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas). Dan kami pilih SMA yang membuat kami terdidik selama tiga tahun kedepan adalah SMA PGRI 1 Purwakarta. Ya, SMA inilah yang menjadi takdir kami untuk menuntut ilmu sebagai jembatan kami ke jenjang berikutnya.

MOS (Masa Orientasi Siswa) pun tak terelakkan bagi kami. Masa dimana kami mengenal sekolah kami ini. Terutama mengenal teman sekelas dan teman semeja kami. Saat itu saya duduk di bangku ke-tiga dari depan baris ke-dua dekat meja guru dan papan tulis kapur hitam. Saya pemuda bertubuh kecil dengan belahan pinggir rambut yang selalu terminyaki ini, duduk terdiam sambil menunggu teman yang akan duduk disamping saya. Dan saat tepat jam dinding menunjukkan pukul 07.00 (tujuh) pagi, rupanya saya kedatangan teman sebangku yang saat itu begitu asing bagi pemuda kampung seperti saya. Dan kami pun berkenalan.

Monday, January 14, 2013

Ngudak Mudik vs Bulak-Balik

"Bandung....., Bandung....., Bandung......." ajakkan kondektur ditepian bahu jalan per-empatan combro atau sering disebut oleh penduduk lokal -Parcom-. Untuk silsilah penamaan per-empatan ini menggunakan unsur oncom di jero memang cukup fenomenal bagi sebagian orang asal Purwakarta dan sekitarnya. Saya sekaliber penduduk lokal yang jaraknya kurang lebih 25 Km-an, memang tidak terlalu tahu atau bisa di kategorikan tidak tahu, suwerrrrr. (Padahal fenomenal tapi gak tahu. Gimana sih?)

Parcom sore itu begitu ramai, maklum arus balik mudik menjadi kondisi per-empatan ini begitu penuh sesak karena liburan akhir tahun. Jangan heran urusan kondektur bus antar kota baru sedikit mengeluarkan suara merdunya, calon penumpang sudah penuh sesak menjejali pintu-pintu Bus. Sampai-sampai ada yang mengangkat-angkat tas gendongnya biar lebih kelihatan perjuangannya, ada yang bawa termos panas sembari berteriak-teriak, "AWAS AIR PANAS, AIR PANAS....", ada yang minta tanda tangan sang kondektur biar sang kondektur merasa tersanjung dan memprioritaskan fans-fansnya (Ya, nggak gitu juga kali....).

Wednesday, January 2, 2013

Renungan Akhir Tahun

"Akhir Tahun", kata-kata ini begitu banyak dijadikan bahan pembicaraan di setiap gang, jalan raya, perkantoran, media massa, televisi, negara, bahkan seantero dunia ini. kemarin masih ingat dengan tanggal 12-12-2012 sebuah isu ramalan kepercayaan suku Maya yang menghebohkan sampai dibuatkan sebuah Film untuk mengilustrasikan kejadian itu, yang sebenarnya mendahului takdir Allah SWT.

Sebenarnya apa ini semua? 12-12-2012 itu telah berakhir dan ramalan itu sekali lagi meleset 100 %, entah ini hanyalah sebuah ucapan racauan seorang tokoh agama yang terkantuk-kantuk sambil memberikan wejangan bagi para pengikutnya. Entahlah?

Bila kita kembalikan lagi kesebuah kalimat "Akhir Tahun" masehi, maka seorang accounting sedang on-nya banyak laporan yang harus segera disiapkan, seorang artis sedang panen order tampil di penghujung akhir tahun, supir angkot sedang terjebak macet lalu kehilangan penumpang yang lebih memilih untuk berjalan -Car Free Night-, pelayanan restoran cepat saji begitu sibuk dengan banyaknya pelanggan dan itu nampak dari bobot tubuh konsumennya yang gemuk, seorang guru yang sedang menikmati akhir tahun dengan "Long Holiday" pasca pembagian rapot anak. 

Kira-kira kurang lebih seperti itu aktivitas mereka yang saya temui.