Masih ingat dengan kata-kata ini, "Hompimpa alaium gambreng"? Sebuah kalimat yang sampai saat ini saya tak tahu apa itu artinya (udah tahu, deng artinya. Tadi nge-googling yang artinya, “Dari Tuhan Kembali Ke Tuhan, Mari Kita Bermain !!!”). Namun begitu sakral untuk dinyanyikan apabila memulai sebuah permainan tradisional yang salah satunya adalah -Pentak Umpet-. Ya, Pentak Umpet merupakan permainan yang cukup mengasyikkan ketika saya kecil dulu. Permainan ini begitu membuat saya dan teman-teman begitu menikmati masa kecil kami. Permainan yang juga biasa di sebut dengan -Ucing Sumput- di tataran Sunda ini juga begitu di gandrungi seantero nusantara pada jamannya.
Ok, saya coba mendeskripsikan aturan main dari permainan ini terkhusus untuk anak-anak di jaman yang serba digital ini. Yang pertama ada istilah "Kucing". "Kucing" ini adalah anak yang berjaga di sebuah tembok atau pohon dan biasanya di sebut Inglo untuk di daerah Jakarta dan sekitarnya dan ada juga daerah lain yang menyebutnya dengan Hong dan Bon. Ok balik lagi ke si "Kucing" atau anak yang jaga, awalnya bertugas untuk memejamkan
mata sambil berhitung 1 sampai 10, tujuannya untuk meng-ikhlas-kan teman-temannya untuk berlari dan bersembunyi. Ya, biasanya sih kurang ikhlas juga karena sang "Kucing" sering kali menghitungnya dengan cepat hingga teman yang lain tak sempat untuk mencari tempat persembunyiannya.