Friday, February 24, 2012

Uzlah ku.

Kota pensiun yang ku pijak ini begitu tak wajar. Lihat saja jam digital kubus dekat -CPU- ku itu terpajang menggerutu. "31,5 c ini tak biasa!" ketusnya.


Debu-debu itu berterbangan dengan lenggangnya. Hujan? Itu hanya cerita lalu.

Matahari begitu sakti dengan bulatan sempurnanya. Ah, tak kuasa mata ini memandangnya!

Bulir-bulir keringat bergelayutan di kening, hidung, bahkan ketiak. Lengket sudah sekujur tubuh.

Tapi....

Anak-anak tangga pendopo itu, suguhkan ketentraman. Coba kau perhatikan itu baik-baik!

Ombak-ombak kecil dari kayuhan pendayung -getek- dengan anggun bergemulai menyentuh dinding-dinding batu pondasi situ.

Jemari ini rasa-rasanya ingin menyentuh riakkannya, agar panas ini tak kembali menampar.

Selepas pulang nanti, kau menjadi telaga dalam benakku.

Monday, February 13, 2012

Dua Lima Lebih Tiga Bulan...?

Semilir udara pagi senin ini masih sama dengan hari sabtu kemarin. 04 Februari 2012, tanggal bersejarah bagi salah satu kakak yang juga sahabat kami. Sabtu pagi itu yang teduh dan penuh kebahagian bagi kami selaku adik-adik kelasnya, menghadiri undangan darinya. Kami tahu kau begitu bahagia, kang. Setiap kami di rangkulnya erat dengan pelukan hangatnya. “Terimakasih, akhi.” Itulah kata-kata yang terlontar darinya dengan senyuman yang tak luntur-luntur setiap kali kami bertutur, “Barakallah, ya Akhi.”

Sahabat yang juga kakak kami ini begitu bahagia di hari itu. Senyum yang sumringah terpajang indah di wajahnya sebagai tanda kebahagiannya yang tak bisa di tutupinya. Dan tak ada salahnya bila sebuah peribahasa -raja sehari- tersandang di pundaknya saat itu.

Kebayoran baru kala itu begitu lapang, tak ada sesak-sesak kendaraan bermotor berjubal sepanjang jalan. Yang kali ini bisa ku bilang seperti jalan terminal simpang di kabupaten asal ku. Sekali lagi kami begitu ikut berbahagia. Lihat saja persiapan kami untuk menghadiri undanganmu, seperti; aku yang telah datang ke Jakarta sehari sebelum acara selepas test lamaran kerja di sebuah bank yang tak jelas kapan akan di panggil lagi, seperti salah satu sahabatku yang datang jauh-jauh dari solo dengan bus antar kotanya yang ngepot, seperti sahabat-sahabat lain dari Bandung dan Majalengka yang berdesak-desakkan memadati satu unit mini bus sewaan yang berkapasitas 10 orang. Terlihat nampak lelah mini bus itu bertengger diparkiran masjid depan gang tempat resepsi. Apalah ini kalau bukan tali ajaib yang telah mengikat kita semua dalam bingkai kekeluargaan.

Saat-saat itu dimana kau menjadi pusat perhatian orang banyak karena begitu menentukan, saat-saat itu jabat tangan mu begitu bergetar terlihat dari sisi mana pun, saat-saat itu kau sempurnakan agama, saat-saat itu begitu menegangkan bagi pria mana pun yang baru melakukannya. -Ijab Qobul- terucap dengan lancar di yang kedua kalinya, Alhamdulilah. Semua yang menyaksikan ada yang menangis terisak-isak karena terharu bahagia, ada yang tersenyum-senyum karena tak sanggup menumpahkan air matanya, dan ada yang meninju-ninju udara di bangku tamu luar tenda dengan berucap tegas tapi pelan, “Allahhu...akbar.”

Sunday, February 12, 2012

SEA Games I comming...!


Animasi by: Fitrah Nurjaman
Berawal dari niat lari-lari kecil di sekeliling bundaran situ buleut, nampak ramai jalur  lingkaran itu. Ahad tepatnya; dimana rasa malas bisa aku bunuh selepas mata ini terobati rasa kantuknya karena secangkir kopi manis kental. 

****

Hop-hop, hop-hop begitu caraku mengatur langkah lari kecil ku agar hemat tenaga tapi tetap eksis berlari. Namun sebelum berlari, ku parkirkan motor bebek andalanku di salah satu rumah saudara. Lengkap dengan; helm kesayangan, dompetku si brangkas buluk, dan SIM serta lengkap dengan STNK (jaga-jaga kalau pak polisi pengen kenalan).  Ku simpan mereka. Jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi berlari (yah, paling 200 meter-lah).

Putaran pertama masih dengan konsistensi kefokusan yang tinggi dan akselerasi yang cukup pasca pemanasan peregangan otot yang kaku. Rampung sudah ku selesaikan dengan catatan waktu kurang lebih 1 menit 13 detik. Celoteh ku dalam pikir, "wah klo gini bisa ikutan seleksi SEA Games nih tahun depan".

Thursday, February 9, 2012

SENJA ITU.... HUFH, HANYA MIMPI!


Senja kala itu mendung; tak nampak seperti biasanya, namun tak nampak juga datang hujan memenuhi undangannya. Ah,gak bakal hujan. Acil menerka-nerka dalam pikirnya sambil memandang langit senja kala itu. Matanya agak sayup karena lelah yang mendahaga dikerongkongannya serta disibukkan bunyi-bunyian yang berasal dari dalam perutnya; mungkin cacing dalam perut berdemo menumpahkan aspirasinya. "Kapan yah suara itu terdengar lagi?", "Sabar Cil, bentaran juga bakal Adzan Maghrib." Emak mencoba menenangkan  gemuruh perut Acil yang meletup-letup. Memang berat ibadah yang ia kerjakan itu, walau masih dalam taraf pembelajaran di se-usia Acil yang baru beranjak enam tahun.

****

15.19 WIB; "Allahu Akbar, Alla.................hu Akbar." Muadzin bersahutan dari mushola-mushola kampung. Kampung yang mempunyai nama singkatan BBC itu. Awal sore itu, tak jarang penghuni kampung yang tersentak bangun mendengar suara adzan Ashar yang merdu tapi tegas, termasuk Acil yang tertidur di dipan ruang tengah rumah. Mereka duga adzan itu sudah masuk waktu maghrib. "Alhamdulillah, Akhirnya Adzan juga." sahut Acil dengan keadaan setengah sadar sambil merapihkan wajah yang agak kacau setiap kali dia bangun dari tidur. Ia bergegas ke meja makan, tempat paling favorit dari bagian rumahnya saat-saat waktu berbuka puasa. "Loh kok belum ada apa-apa, Mak?", "Ya, belum Cil. Kan ini masih Ashar." Emak mengingatkan. "Wah, masih lama dong ya?", "Udah sana pergi Shalat aja, Cil!", bergegaslah Acil mengambil Wudhu selepas Emak mengajaknya Shalat Ashar.